JERIT BATIN SANG PENULIS

Jerit Batin Sang Penulis,- Suatu malam ketika berkumpul bersama keluarga, ayah memanggilku. Ku penuhi panggilan beliau dengan penuh rasa hormat. Ketika ku menundukan diri dihadapannya, dengan suara tegas tiba-tiba ayah berbicara dengan nada tegas.
Derita sang penulis, lika-liku sang penulis, jalan hidup sang penulis

“Untuk apa kamu setiap hari nulis ? Apa sih yang kamu dapatkan dari pekerjaanmu itu ? Kamu dapat uang yang banyak kayak Novelis favoritmu, Habiburrahman El-Shirazy itu ? Enggak kan ?”

Aku diam. Tak sanggup rasanya untuk menatap tatapan tajamnya. Beliau sepertinya kesal melihatku yang selalu menghabiskan waktu dengan tangan di atas keyboard. Ayah ingin agar aku segera mendaftar pada pekerjaan yang layak. Bukan terus menghabiskan waktu dengan menulis.


Batinku rasanya menjerit ketika keinginanku berbenturan dengan keinginan orangtuaku. Yaa, sebagai orangtua tentunya beliau mengharapkan yang terbaik bagi anaknya, termasuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Tapi batinku selalu menolaknya, rasanya aku tidak mau bekerja dengan aturan orang lain. aku ingin bebas, aku ingin mandiri, aku ingin mengembangkan bakatku. Namun sayangnya, paradigma pekerjaan antara aku dan ayah sangat berbeda.


“Sudahlah,  jangan terus menulis ! Coba cari pekerjaan yang bisa menjamin hari tuamu. Ayah punya banyak relasi, kalau kamu mau, ayah bisa minta mereka untuk memasukanmu. Kau kan sudah sarjana, seharusnya sudah selayaknya kamu mencari pekerjaan yang layak. Setelah itu coba ikut CPNS. Jangan terus berkutik didepan laptopmu !” Lanjut Ayah agak menurunkan jerit suaranya.

Aku masih tertunduk. Perlahan, dengan suara lirih ku coba balas dengan lembut ucapan ayah.

“Iya Ayah. Fahmi akan menuruti apa yang Ayah katakan. Besok Fahmi akan membuat surat lamaran.” Jawabku dengan suara yang lemah hampir tak terdengar. Batinku menjerit. Ada kontradiksi antara materi ajar kewirausahaan yang aku pelajari dan perkataan Ayah. 


Ada pertentangan antar hukum ekonomi makro dengan mindset pekerjaan ayah. Ada dimensi berbeda antara bunyi hadits dengan keinginan Ayah. Ada cara yang berbeda untuk melihat post kolonialisme Ayah dan anaknya yang beranjak dewasa ini.

Aku yang pengagum postkolonialisme ini menganggap bahwa menjadi PNS adalah pekerjaan mirip juru tulis saat penjajahan Belanda. Menjadi kelas ketiga setelah kaum Eropa dan keturunan. Mereka adalah penguasa dan pengusaha. Sedangkan juru tulis orang pribumi adalah pegawai administrasi untuk membuat mereka lebih kaya. 


Pekerjaannya banyak tapi tak menghasilkan kekayaan. Waktunya terkuras tapi tak bisa dibanggakan. Pikirannya tertekan tapi tak pernah bisa menikmati hasil pikirannya. Aku tak mau seperti itu.

Ayah yang pengagum realisme dan essensialisme hanya menginginkan aku mengikuti aturan zaman yang suka tidak suka, mau tidak mau memiliki aturan yang memaksa. Menjadi PNS saat ini lebih terhormat walau gajihnya tidak besar. Status lebih tinggi dari pekerja lain walau untuk hidup tak bisa kaya. Masa tua yang terjamin dan paling tidak memiliki “jaminan” pekerjaan yang tetap. Semua orang realisme berbondong-bondong melamar pekerjaan macam ini. Aku ? “Tidak mau” Tolak batinku.


Ayah tersenyum. Ia mengangkat daguku dan mengusap lembut wajahku. “Ayah sayang padamu nak. Engkau akan tahu makna perkataan Ayah saat ini. Percayalah pada Ayah.” Tutupnya sambil meninggalkan kamarku dan meninggalkan selembar kertas berisikan daftar perusahaan teman-temannya.


“Aku lebih mengerti darimu Ayah. Tapi, Ridhomu lebih aku inginkan dari sekedar menernakan egoku. Maafkan aku ayah.” Batinku dalam hati. Aku lihat badan tegap Ayah yang keluar dari pintu kamarku. Aku perhatikan kepalanya yang mulai membotak. Kondisinya lebih menua ketimbang lima tahun yang lalu. Kulitnya terasa lebih cepat keriput dari pada beberapa tahun yang lalu. Mungkin ia kecapaian menjadi pegawan Bank yang super ketat,



***

Pagi harinya ku coba menemui temanku, aku konsult kepadanya tentang percakapan antara aku dengan ayah kemarin.


“Bener Mi, Bapakmu itu benar banget. Coba lihat, sekarang yang dibilang zaman now itu adalah zaman ketidak mandirian. Kuliah untuk mencari kerja yang enak. Kerja yang lebih menjamin. Kerja yang tidak usah keringat bercucuran. Anti-kerja keras dan kalau bisa kaya dengan bermodal tanda tangan. Kuliah di pertanian, tapi bukan untuk basah kuyup di sawah. Tapi untuk bekerja di Departemen Pertanian” Jawab Fahrul.


“Iya sih. Aku tahu itu. Namun, apakah menjadi penulis tidak prospektif gitu ? Aku ingin menggali kemampuanku dan membantu Indonesia dengan caraku sendiri. Menjadikan negeri yang literasinya lebih hebat. Membangun generasi muda yang unggul dalam literasi. Kita terpuruk untuk urusan literasi. 


Generasi muda yang gadget lover hampir melupakan literasi ini Rul.” Responku. Aku tak tahu, aku begitu menggebu ingin sekali mengembangkan bakatku menjadi seorang penulis hebat macam Habiburrahman El-Shirazy yang menjadi novelis terbaik seIndonesia.

“Yaaaa Fahmi. Kau bisa bilang gitu, oke kamu benar. Kamu ideal. Tapi statistik ini bisa kau pertimbangkan yah. Nih, toko buku Gunung Agung, tahu kan ? Sekarang bangkrut Mi. Itu Toko buku yang terakhir gulung tikar dari puluhan toko buku yang lebih kecil. Toko buku sekarang yang masih hidup hanya Gramedia. Itu pun pertumbuhannya hanya satu persen. Apa yang buat Gramed bisa hidup?  Lihat aja, toko buku zaman now, ada kosmetik, ada gitar, ada hot wheel, ada boneka, ada macam-macam. Balas Fahrul.“Rul, emangnya jadi penulis zaman now itu tidak prospektif yah ?” tanyaku lagi penasaran. melihat jawaban yang super informatif dari Fahrul, aku jadi yakin atas pengetahuan isi kepalanya.


“Ya begitulah. Apalagi sempat beredar kabar tentang pajak buku yang selangit. Tere Liye saja yang omset di Gramed sekitar tiga ampe empat milyar perbulan ingin menarik bukunya karena kasus ini. Coba pikir, gimana Gramed takutnya bila bukunya jadi ditarik. Buku macam dia itu sangat diminati, kalau tidak ada ? Ya bangkrut lah ia.” Lanjut Fahrul meyakinkan.


“Terus, sekarang saya harus gimana ? Saya ingin tetap jadi penulis.


“Itu terserah kamu, Mi. Hidup ini pilihan. Kalau kamu mau terus menulis, itu adalah panggilan jiwamu. Ia adalah hobi yang tidak semua orang bisa. Ia adalah pekerjaan yang bisa disenyawakan dengan pekerjaan lain, semisal dosen, semisal PNS guru, semisal apapun yang membuatmu banyak waktu untuk berpikir. Kamu pasti tahu jawabannya.” Jawab Fahrul dengan sangat meyakinkan.


“Jadi, aku jadikan menulis sebagai hobi dengan bekerja di bidang lain itu maksudmu Rul ?” tanyaku kembali yang membuat Fahrul makin bersemangat. Ia membalikan tubuhnya dan bersiap menjawab ala para tokoh bintang tamu pada pogram ILC di TVOne.


“Yah up to you itu mah Mi. Live is a choice. Kalaupun kamu mau jadi penulis, mungkin kamu bisa pertimbangkan ini. Buku yang paling laris di toko buku itu lebih dari duapuluh lima persen dikuasai buku anak-anak. Jadi penulis buku anak di zaman now lebih prospektif dibanding buku lainnya. Selanjutnya buku religi, terutama Islam. Statistiknya menunjukan hampir menyentuh dua puluh persen, namun isi dari dua puluh persen itu, enam puluh persennya adalah Al Qur’an, jadi bukan buku penulis, tapi menjual cetakan Qur’an. Ketiga, kamu bisa bisa milih jadi penulis fiksi.


Statistiknya lumayan sekitar lebih sepuluh persenan. Jadi, buku macam novel, cerpen dan cerita-cerita lebih diminati dari tulisan-tulisan lainnya, terutama referensi. Buku macam referensi yang kaku dan rigid kayaknya tidak terlalu laku di toko. Silahkan kamu pilih mau jadi apa. Gratis kok milihnya Mi, hehe.” Jawab Fahrul dibarengi tawa kecil.

“Ternyata kamu pinter juga yaa Rul. Ini valid kan Rul ?”


“Yaa valid lah, gini-gini juga saya kan sering baca-baca.”


Aku berpikir. Aku merenung. Aku tatap wajah Fahrul yang terlihat tenang namun dalam untuk sebuah pengetahuan. Kalimatnya menusuk dan paling tidak menjadi justifikasi Ayahku yang mengatakan bahwa boleh menulis tapi harus punya pekerjaan tetap.



***

Sore harinya aku coba keluhkan persoalanku kepada ibu. Seorang ibu yang menjadi segalanya bagiku. Sejak kecil, ibu tidak pernah menyuruhku harus ini harus itu. bagiku ibu lebih bijak daripada ayah. Setiap ada keluhan, aku hanya selalu menceritakannya kepada ibu. Jawab-jawaban dari ibu, lebih menenangkan ketimbang ayah.


“Bu, maafin Fahmi yang membuat Ayah marah. Fahmi sekarang mengerti kok perkataan Ayah.” Ucapku dalam pelukan Ibu. Dalam hangat pelukannya ada rasa cinta yang mendalam dari seorang Ibu.


“Iya sayang. Kamu gak usah merasa bersalah. Apa yang Ayah pikirkan belum tentu benar dalam cara berpikirmu. Kamu dikuliahkan itu agar kamu bisa berpikir kritis, berpikir kreatif dan bisa memecahkan masalah. Semakin kau bisa mandiri, bagi Ibu, kau semakin sukses. Apapun pekerjaan kamu, Ibu dukung. Menjadi apapun kau nantinya, Ibu harus bersyukur telah membuatmu lebih dewasa dalam memandang kehidupan.” Jawab Ibu.


Jleeb. Kata-katanya penuh dengan kharisma. Beda dengan Ayah yang agak memaksa. Yah, mungkin Ibu lebih menginginkan aku menjadi diriku. Menjadi apa yang aku suka. Walaupun ibu sepakat dengan Ayah.


“Iya bu, terimakasih untuk segalanya. You are my everything.” Lirihku sambil menyembunyikan rasa banggaku atas seseorang yang menjadi tempatku meraih surgaNya.


“Kalau kamu ingin jadi penulis. Jadilah penulis hebat. Jangan setengah-setengah. Kebanyakan para tokoh dunia itu penulis. Mereka dikenang terus karena tulisannya. Kau bisa lihat Al Ghazali, Imam Syafi’i, Ibnu Sina, Darwin, Aristoteles, Plato, Descartes, Buya Hamka. Ibu sangka, kalau mereka tidak menulis, mereka sudah dilupakan zaman. Nama mereka lebih panjang usianya daripada zamannya. Itulah kehebatan penulis. Kamu harus seperti mereka.” Ucap Ibu menyemangatiku.


“Tapi bu, penulis di zaman sekarang tidak prospektif. Bila finasial yang diharapkan, maka e-book lebih dipilih. Bila kita berharap dipublikasi oleh penerbit mayor, maka mereka sangat hati-hati saat ini. Sepertinya aku ingin ikuti kata Ayah saja. Menjadi pekerja yang menjamin daripada terombang ambing oleh PHP profesi menulis bu.” Terangku untuk menjelaskan kegalauanku pada Ibu.


“Itu kembali kepada hatimu nak. Kalau kau menulis karena ingin memiliki sejumlah uang, maka kau harus seprofesional mungkin untuk menjadi penulis. Tirulah mereka yang telah sukses menjadi penulis hebat. Uang pasti datang melebihi gaji ayahmu. Namun bila kau ingin menyebarkan ilmu, maka kau harus meniru para penulis kitab kuning. Ahli warisnya tak pernah menanyakan royaltinya.


Mereka berharap ilmu yang ditulisnya bermanfaat dan mengantarkan kepada Surga-Nya. Jagalah hatimu nak, menulis itu lebih tajam daripada pedang. Kerja kerasmu dalam menulis akan membuatmu lebih tawadhlu. Akan membuatmu lebih mengerti akan kehidupan. Lebih paham akan arti kemanusiaan. Menjadi apapun, kau harus tetap menulis. Itulah yang Ibu inginkan darimu.” Jawab Ibu.

Mataku terasa sayu, ucapan lembut dari sang ibu terasa begitu meresap dan menyejukan sanubariku yang kering. Dengan mata berkaca-kaca, aku cium jemari lembutnya. Kini, aku lebih mengutamakan apa yang dikatakan ibuku. Dan keinginan ayah untukku, aku jadikan sebagai sampingan. Aku ingin seperti mereka yang namanya tercatat dalam buku sejarah, yang buku-bukunya masih tetap dibaca sampai sekarang.

PENJELASAN ILMIAH SHALAT TEPAT WAKTU

Penjelasan Ilmiah Shalat Tepat Waktu,- Shalat merupakan sebuah ibadah wajib yang dibebankan kepada setiap muslim yang baligh dan berakal. Di sisi perintah wajib shalat, juga ada adab-adab atau anjuran shalat yang dicintai Allah. Salah satunya adalah shalat tepat waktu. Hal ini sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh sahabat Nabi saw, Abdullah bin Mas’ud kepada Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori.


Setelah kita mengetahui keutamaan shalat tepat waktu yang ditinjau dalam perseptif agama. Lantas apa keutamaan shalat tepat waktu yang ditinjau secara ilmiah ? sebagaimana yang kita ketahui, setiap peralihan waktu shalat sebenarnya menunjukkan perubahan tenaga alam. Hal ini dapat diukur dan dirasakan melalui perubahan warna alam. Mereka yang biasa terlibat dalam bidang fotografi sudah tidak asing lagi bahkan bisa merasakan fenomena ini.


Waktu Subuh
Pada waktu subuh tiba, alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid. Kedua kondisi tersebut dapat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Jadi, warna buru muda atau waktu subuh mempunyai rahasia yang berkaitan dengan penawar atau detoksifikasi. Maka mereka yang sering terlewat melaksanakan shalat subuh, lama ke lamaan akan sering merasakan masalah dalam pernapasan mereka.

Waktu Zuhur
Setelah melewati waktu dhuha yang dengan spektrum warna hijau. Kemudian masuk pada waktu zuhur yang memliki spektrum warna kuning. Spektrum warna pada waktu zuhur ini bertepatan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Warna kuning juga secara psikologi mempunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan. Maka seseorang yang sering ketinggalan shalat zuhur tepat waktu, maka sering mengalami masalah dalam sistem percernaan dan sering mendapatkan kegelisahan hati.

Waktu Ashar
Setelah melewati waktu zuhur dengan spektrum warna kuning, maka kita akan memasuki waktu ashar. waktu ashar adalah dimana spektrum alam berwarna jingga. Tepat ketika waktu ashar tiba, maka spektrum warna itu akan memiliki frekuensi yang sama dengan beberapa organ dalam tubuh, diantaranya prostat, uterus, ovary, dan testis yang merangkum sistem reproduksi. Oleh karena itu orang yang sering melaksanakan shalat ashar tepat waktu, maka dapat dipastikan hal tersebut sangat baik bagi sistem reproduksinya.

Waktu Maghrib
Selanjutnya pada waktu maghrib, maka alam berubah warna menjadi warna merah. Pada waktu ini, semasa kecil, kita pasti sering mendengar pepatah orangtua agar jangan keluyuran ketika hendak menjelang azan maghrib. Mengapa demikian ? Karena spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (Infrared). Kondisi ini juga bermakna bahwa pada waktu ini jin dan iblis sangat bertenaga. Oleh karena itu, mereka yang sedang dalam perjalanan juga sebaiknya berhenti dulu pada waktu menjelang maghrib, lalu melaksanakan shalat maghrib. Karena selain dapat terhindar dari gangguan jin dan setan, warna merah pada waktu maghrib juga dapat menguatkan keyakinan, otot, saraf, dan tulang.

Waktu Isya’
Ketika hendak memasuki waktu Isya, alam berubah ke warna indigo dan seterusnya memasuki fase warna kegelapan. Waktu ini menyimpan rahasia ketentraman dan kedamaian, dimana frekuensinya bersamaan dengan sistem kontrol otak. Maka mereka yang kerap ketinggalan shalat Isya akan selalu berada dalam kepenatan. Hal ini karena alam berada dalam kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam. Tidur pada waktu ini disebut tidur delta, dimana seluruh sistem tubuh berada pada titik istirahat total.

Shalat Malam
Nah, setelah mengupas keutamaan shalat wajib tepat waktu, kemudian berlanjut pada shalat tengah malam. Pada waktu ini alam mulai bersinar kembali dengan warna-warnanya yang indah, putih, merah jambu, dan ungu. Dimana warna alam ini berhubungan dengan pineal, pituiraty, talamus, dan hipotalamus. Dimana sistem-sistem tersebut merupakan sistem yang menentukan kecerdasan seseorang. Maka dalam waktu itu, selain baik digunakan untuk melaksanakan qiyamul lail, juga sangat baik digunakan untuk belajar.

HAKIKAT SEORANG SANTRI

Santri Sukahideng di Gebu Peringatan Hari santri Nasional Dan ceramah KH. I Abdul Basith Wahab di Hari Santri

#1. Pengertian Seorang Santri

Dalam studi ilmu kepesantrenan dijelaskan bahwa santri merupakan elemen terpenting dalam lembaga pendidikan Islam (Pesantren). Kata santri sendiri diambil dari bahasa Sanskerta "Shastri" yang berarti orang suci. Pengambilan kata tersebut awalnya ditujukan kepada orang-orang suci (ahli ibadah) dari agama Hindu, kemudian setelah menyebarnya Islam di tanah Jawa oleh 9 wali, maka kata shastri pun ditujukan kepada mereka yang menuntut ilmu agama (khususnya agama Islam), dengan sedikit perubahan huruf, menjadi santri.

Sementara ahli sejarah lain mengatakan bahwa kata santri diambil dari kata cantrik yang berarti pembantu para resi dan begawan pada masa kerajaan. Seorang cantrik ini dididik, diberi fasilitas, diberi tunjungan, oleh para resi dan bagawan. Dan sebagai balasannya, para cantrik kemudian membayarnya dengan bakti mereka kepada para resi dan pegawan. Hal tersebut selaras dengan apa yang ada di pondok-pondok pesantren. Mereka semua dibekali ilmu oleh para kyai, kemudian mereka berbakti dan mengabdi sepenuh hati kepada kyai dan pesantren yang telah lebih dulu memberi mereka ilmu.


#2. Hakikat Seorang Santri

Sementara itu, beberapa ahli bahasa memberi penafsiran lain yang merujuk pada kata santri itu sendiri. Di dalam bahasa Arab kata santri terdiri dari susunan huruf sin, nun, ta, ra, dan ya (سنتري) yang memiliki filosofi sebagai berikut:


(Pelopor Kebaikan) س =  سَبَّاقُ الخَيْرِ

(Penerus Ulama) ن =  نَائِبُ العُلَمَاء

(Meninggalkan Kemaksiatan) ت = تَرْكُ الْمَعَاصِى

(Mendapatkan Keridhoan Allah) ر= رِضَى اللهِ 

(Yakin) ي = يَقِيْنٌ 

Dari filosofi di atas, memiliki definisi:
1. سَبَّاقُ الخَيْرِ (Pelopor Kebaikan)
Seorang santri, dimana pun ia berada, dalam kondisi apapun ia ada, ia harus senantiasa menjadi pelopor kebaikan. Pelopor kabaikan bagi dirinya sendiri, dan juga masyarakan disekitarnya. Ia harus tegas mengatakan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil. Jangan sampai karena sesuatu yang sifatnya semu, ia mengalihkan kata dengan mengatakan yang haq itu bathil, dan yang bathil itu haq. Ia harus selalu ingat, bahwa dirinya adalah seorang santri, bahwa dirinya adalah seorang pelopor kebaikan. 

Oleh sebab itu, slogan atau tema santri pada tahun ini ialah "BERSAMA SANTRI, DAMAILAH NEGERI" Karena yang bisa mendamaikan negeri ini ditengah kebisingan zaman yang penuh dengan perpecahan, cacian, dan hoax, hanyalah seorang santri. Karena ia adalah pelopor kebaikan.


2.  نَائِبُ العُلَمَاءِ  (Wakil/Penerus Ulama)

Dalam bahasa Arab, ulama merupakan bentuk jama' atau plural dari kata aliimun (orang berilmu). Sementara itu, jika dilihat dalam kaca mata bahasa Indonesia, ulama ialah seseorang yang memiliki ilmu agama yang luas dan berakhlaq mulya. Seorang santri yang sejak kecil dididik dan diurus oleh seorang ulama (kyai) tentunya, ia harus berupaya menjadi penerus kyai tersebut. 

Menjadi penerus ulama tidak harus selalu berdiri di atas mimbar, akan tetapi ia harus selalu istiqomah dalam menjaga kemulyaan akhlaqnya dengan ilmu yang dimiliknya. Ia boleh masuk kelembaga pemerintahan, perniagaan, perusahaan, akan tetapi jadi diri seorang santri harus tetap tertatancap dalam hatinya. Dengan begitu, sama halnya ia telah menjadi penerus ulama, dan penyambung dakwah tongkat estafet sang nabi saw. 


3.  تَرْكُ الْمَعَاصِى  (Meninggalkan kemaksiatan)

Seorang santri yang setiap harinya dididik, dibina, dan dibekali ilmu agama, tentunya harus berusaha menjauhkan diri dari berbagai jenis kemaksiatan, baik itu yang mencakup perbuatan maupun lisan. Ia harus selalu berusaha mengendalikan nafsu diri yang sering kali merajam dan menumpulkan akal sehat, sehingga hampir terjerembab dalam lumpur maksiat. 

Dengan cara bagaimana mengendalikan nafsu diri itu ? dengan banyak mengingat kematian, hari pembalasan, memperbanyak istighfar dan sholawat. Karena dengan sholawat, dapat menenangkan dan menundukan nafsu yang hampir tak terkendali. Hal ini diperkuat dengan ucapan Al-Imam Qushairy (Pengarang Qashidah Burdah)

"Jika engkau sulit mengendalikan nafsumu, perbanyaklah shalawat kepada Nabimu"
4.  رِضَى اللهِ (Ridho Allah)
Seorang santri harus selalu berada dalam rel keridhoan Allah. Sebab ia bukan hanya sedang menuntut ilmu yang diridhoi Allah, akan tetapi ia juga harus mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dengan perkataan dan perbuataan, sehingga dapat mengundang keridhoan Allah.

5. يَقِيْنٌ  (Keyakinan)

Keyakinan adalah sebuah keharusan bagi seorang santri. Karena ia selalu berada dalam koridor ilmu yang tidak diragukan lagi keberkahan dan manfaatnya. Dalam menghadapi situasi apapun, dalam keadaan terberat bagaimanapun, ia harus selalu yakin bahwa semua hal yang menimpa diri, baik buruknya telah di atur oleh Sang Tangan Yang Maha Bijak.

Dalam menyikapi kesempitan hidup, menanggapi musibah, dan menahan beban.  Ia harus selalu yakin bahwa semua itu merupakan anugrah terindah dari Tuhan. Karena dengan adanya semua masalah itu, dapat meninggikan derajatnya (Selama ia yakin, tawakkal dan sabar)


Bahkan dikisahkan dalam Kitab Alhikam Karya Imam Ibnu Athoillah, bahwa para sufi lebih senang mendapatkan berbagai macam cobaan daripada keadaan yang menyenangkan. Sebagai contohnya, para sufi lebih senang berada dalam keadaan lapar daripada kenyang. Bahkan sebagiannya lagi mengucapkan rasa syukur jika mereka dihinggapi rasa lapar. Karena dengan lapar, dapat menundukan nafsu dan giat dalam beribadah.


Selain kelima makna dan filosofi kata santri di atas, ada juga yang mengartikan tiap kata per katanya sebagainya berikut:

 (Menutup Aib) س = سترالعيوب 
seorang santri harus berusaha menutup aib dirinya sendiri dan juga aib orang lain. Karena termasuk tanda kebodohan diri jika seseorang membuka aibnya sendiri setelah Allah menutupnya. Dan Jika seseorang membuka aib orang lain, maka dikemudian hari Allah akan membukakan aibnya.
 (Wakil Ulama) ن = نائب العلمآء
ت  sama dengan arti yang pertama (Tarkul Ma'aashi)
 (Pemimpin Umat)  ر = رئيس الأُمَّة
ada juga yang mengartikal Ro' disana sebagai Roja' (Mengharap)
ي sama dengan arti yang pertama (Yakiin)

Sementara KH. Hasyim dari Jepara memberikan definisi berbeda mengenai kata santri tersebut, namun tetap memiliki makna yang sama. Beliau menuturkan bahwa sin merupakan kepanjangan dari Saalik fil ibadah (Penempuh jalan dalam beribadah) yang berarti seorang santri harus selalu meniatkan dalam setiap rutinitasnya dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah.


Huruf nun beliau artikan sebagai na-iibun 'anisy syuyukh (Penerus Terhadap Para Sesepuh/ulama)

Huruf ta beliau artikan sebagai Taibun 'anidz dzunub (Bertobat dari segala dosa)
Huruf ra' beliau artikan Raghiibun fil khoiroh (Cinta Terhadap Kebaikan)
dan huruf yaa beliau artikan sebagai yakin ala man an’amallahu ma’ah (Harus yakin pada sesuatu (rizki) yang telah ditentukan Allah)

Senada dengan KH. Hasyim, KH. Mukhlisin yang merupakan pengasuh Yayasan Azzahra (Jepara) memberi definisi berbeda namun tetap mengarah pada makna yang sama. Menurut beliau:


  • Sin disana adalah sitrul aurah (Menutup Aurat) Seorang santri harus bisa menutup auratnya secara lahir batin. 
  • Nun adalah nahyi munkar (Mencegah Kemungkaran) Seorang santri harus bisa mencegah kemungkarang yang ada disekitarnya. Dan menurut beliau, bahwa kemungkaran yang paling besar ialah miras. Karena miras (khomr) merupakan sumber dari segala sumber kejahatan (Ummul Khobaits)
  • Taa diartikan dengan taufiq
  • Ra' diartikan dengan raisul ummah
  • Yaa diartikan dengan ya'kulu qalil (Sedikit Makan)


Sementara itu, jika kata santri ditulis dengan teks bahasa Indonesia, maka akan terdiri dari 6 rangkaian huruf, S-A-N-T-R-I.

S => satir al-'uyub wa al-aurat

Menutup aib dan aurat.

A => aminun fil amanah

Dapat dipercaya dalam mengemban amanat. 

N => nafi' al-'ilmi

Bermanfa'at ilmunya.

T => tarku al-maksiat

Meninggalkan maksiat. 

R => ridho bi masyiatillah

 Ridho dengan apa yang diberikan Allah

I => ikhlasun fi jami' al-af'al.

Ikhlas dalam setiap perbuatan.

Itulah pengertian dan Hakikat Seorang santri di tinjau dari segi penamaan (huruf). Semoga artikel singkat ini, dapat memberi manfaat bagi kita semua. dan semoga dimana pun kita berada, tetaplah menjaga nama baik kita sebagai seorang santri.


Untuk lebih jelasnya, silahkan simak penjelasan dari Drs. KH. I. Abdul Basith Wahab (Ketua MUI kabupaten Tasikmalaya, Mustasyar PBNU kabupaten Tasikmalaya, dan wakil pimpinan bidang akademik Pondok Pesantren Sukahideng), pada acara Kirab Hari Santri Nasional tanggal 20 Oktober 2018 yang dilaksanakan di Halaman Gedung Bupati Kab, Tasikmalaya.

Atau tonton videonya dibawah ini:




Menjadi Penulis Di Era Revolusi Industri 4.0

"Berdirilah di atas kertas, berjalanlah dengan pena, dan menyelamlah ke dalam lautan kata. Kelak kau akan terkejut melihat untaian huruf yang mampu bercerita."

bangga menjadi penulis blog

Saya awali tulisan ini dengan untaian motivasi di atas. Tak terasa, sudah hampir setahun aktif di dunia blogger, dunia yang sebagian orang mungkin terkesan sebelah mata. Tapi bagi saya menjadi blogger adalah hal yang menyenangkan, hal yang membuat saya tertantang, hal yang membuat saya banyak membaca dan menulis, dan hal yang membuat saya terus berpikir kreatif dan produktif.

Aktivitas menulis dan membaca ini memang sudah menjadi hobi sejak masih duduk dibangku SMA dulu (2012), lambat laun aktivitas itu layaknya makanan pokok. Rasanya kalau tidak membaca dan menulis, hari-hari saya serasa ada yang kurang; kurang bermanfaat, dan kurang bisa memberi manfaat. Dan mungkin, ini juga dirasakan para penulis lain.


Kemudian 2014 saya mengenal platform Blogspot, sebuah media tulis online di bawah naungan Google itu menjadikan saya lebih produktif lagi dalam membaca dan menulis. Awalnya blog hanya dijadikan sebagai media untuk menyimpan ilmu-ilmu yang telah saya dapat dari bangku kuliah dan pesantren. Namun beberapa tahun kemudian (2018) serasa ada bisikan halus yang memengaruhi hidup saya, bisikan halus untuk menyebarkan ilmu yang telah lama mengendap dalam "tanah" draft blog.


"Mengapa catatan-catatanmu itu tidak dipublikasikan saja ? Mengapa ia hanya bisa tersimpan dalam draftmu ? Apakah kamu tidak ingin memberi manfaat kepada orang lain ?"


Akhirnya setelah diguyur hujanan pertanyaan dari "bisikan halus", kumpulan tulisan yang telah mengendap bertahun-tahun lamanya itu kemudian diperlakukan layaknya putri raja; antara lain editing, penambahan kata demi kata, dan penambahan kalimat demi kalimat. Hingga setelah semuanya siap, "sang putri raja" itupun keluar dari dalam istana. (dipublikasikan maksudnya, hehe.)


1. Mengapa Harus Menulis ?

Di dunia ini ada banyak orang yang terperangkap dalam rasa jenuh dan bosan, untuk melepaskan semua kejenuhan dan kebosanan itu, sebagian orang pergi ke tempat hiburan, bermain game, ataupun mencari kesenangan lain. Sementara bagi saya, menulis adalah obat bagi rasa bosan dan kejenuhan.

Karena menulis adalah sebuah cara untuk membebaskan jiwa, membebaskan pikiran, dan membebaskan imajinasi. Dengan menulis pula, saya bisa tersenyum, berpikir, merenung, sedih, menangis, bahkan tertawa. Dan pasti hal itupun dirasakan para penulis lain. 


Mengapa harus menulis ? Karena dengan menulis hari-hari kita akan penuh dengan ide dan gagasan, dengan menulis ingatan kita tak akan berkurang, dengan menulis kita dapat mendokumentasikan peristiwa dan retorika, dengan menulis nama kita kan terabadikan, dan dengan menulis pahala kita kan terus mengalir. Sebagaimana para cendikiawan muslim seperti Al-Ghazali, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Ibnu Sina, dan para ilmuan muslim lainnya.


Saya jadi teringat ucapan Syekh Badiuzzaman Said Nursi, seorang tokoh pembaharu zaman sekaligus sang pelopor dari negara Turki. Beliau menuturkan:

"Tulisanku tidak lain hanya mengharap rahmat-Nya, bahwa Dia akan menerima ucapan tulisanku sebagai ganti diriku ketika maut menjemput. Karena umurku yang sangat singkat ini takkan mampu menghapus dosa-dosaku yang sangat banyak. Maka tulisan yang sifatnya permanen diharapkan dapat menghapusnya."
Syekh Badiuzzaman Said Nursi - Kitab Al-Lama'at/248,-

2. Mengapa Harus Lewat Blog ?

Pertanyaan itu yang pasti muncul dibenak pembaca. "Mengapa harus lewat blog ? Mengapa tidak menerbitkan buku, atau menerbitkannya pada majalah dan koran saja ?" Jawabannya sederhana,  "Karena kita berada di era Revolusi Industri 4.0."

- Apa Itu Revolusi Industri 4.0 ?

Revolusi Industri 4.0 atau biasa disingkat RI4 adalah era dimana data yang biasanya disimpan secara fisik bermigrasi ke data digital. Data yang telah dibuat tersebut kemudian diprogram dengan bahasa pemrograman yang berbasis AI atau Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) sehingga lebih efektif, efisien dan manageable (mudah dikelola). 

"Lho ko, sudah langsung revolusi keempat. Kapan revolusi pertama, kedua, dan ketiganya ? " Sebenarnya ketiga revolusi itu sudah terlewat sejak lama, hanya saja karena media massa belum sehebat sekarang, revolusi pertama sampai ketiga tak pernah kita kenali.
  • Revolusi Industri 1.0 atau RI1 dimulai sejak 1750-1850, pada era ini ditandai dengan sistem produksi menggunakan tenaga air dan uap.
  • Revolusi Industri 2.0 atau RI2 dimulai sejak 1851-1970, pada era ini ditandai dengan berkembangnya sistem komunikasi dan transportasi seperti penemuan pesawat telepon, pesawat terbang, komputer, dan sebagainya.
  • Revolusi Industri 3.0 atau RI3 dimulai sejak 1970 - awal abad 20an. Pada era ini ditandai dengan munculnya teknologi digital seperti handphone dan internet.
  • Revolusi Industri 4.0 atau RI4 dimulai sejak 2015 - sekarang. Pada era ini ditandai dengan pesatnya sistem Cyber Physical atau saat dimana semua orang harus mulai menyentuh dunia virtual yang berbasis online (internet).
Ada banyak istilah mengenai Revolusi Industri 4.0 ini, yang lebih sederhana dikenal sebagai era digital, dunia maya, virtual, online, daring (dalam jaringan), atau sejumlah akronim lain yang tersemat di dalamnya. Meskipun banyak istilah, namun tetap mengacu pada makna yang sama; MIGRASI.

Migrasi disini bukan hanya memindahkan data fisik ke data digital saja, tapi juga orang-orangnya pun ikut berpindah ke dunia virtual. Itulah kenapa hari ini kita mengenal istilah netizen atau warganet.  Adanya istilah netizen (warganet) adalah bukti bahwa kita tidak hanya hidup dalam ekosistem kehidupan nyata, tapi juga berkecimpung dalam dunia virtual.


Di samping itu, era ini pun disebut era milenial dimana penduduk asli era ini adalah kaum generasi Z yang lahir tahun 1995-2012. Sementara mereka yang lahir sebelum rentan tahun tersebut, dinamakan sebagai “Imigran” atau generasi X (yang lahir tahun 1966-1976) dan generasi Y (yang lahir tahun 1977-1994). Menyedihkan sekali bukan ? Kita hanya sebatas imigran di zaman ini, hehe.



revolusi industri adalah era internet

Istilah lain yang lebih sederhana dari Revolusi Industri 4.0 ini yaitu bisa dibilang masa sekarang adalah masa dimana semuanya serba online. Dimulai dari berbelanja, menonton, bermain, belajar, pesan makanan, bahkan pesan ojekpun sudah berbasis online. Hebat !


Apakah ingin lebih sederhana lagi dari istilah-istilah di atas ? Cari saja sendiri, hehe. Pada intinya dan apapun istilahnya, saat ini kita sudah masuk pada era tersebut, dan mau tidak mau kita harus lebih melek teknologi. 


Dalam menghadapi era teknologi berbasis online ini, tentunya ada banyak PR besar yang harus dikerjakan bersama agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Baik itu sistem pemerintahannya (yang saat ini sebagian besar sudah berbasis online), pendidikannya, setiap individunya, dan khususnya saya sebagai penulis.


Menjadi penulis di era Revolusi Industri 4.0 atau era digital tidaklah sulit dan juga tidak mudah. "Lah, ko tidak sulit - tidak mudah ? Yang benar yang mana ?" Maksudnya tidak sulit karena media menulis sangatlah mudah dan murah, contohnya seperti platfrom Blogspot dan Wordpress yang merupakan media tulis gratisan yang disediakan Google untuk para penulis diseluruh dunia.


Tidak mudah karena menulis dengan kualitas baik itu sulit, serta harus berkompetisi dengan tulisan orang lain dan juga harus bersaing dengan web-web raksasa. Perlu strategi khusus nan jitu dalam menulis dan memahami media digital. Diantara strategi menulis dalam dunia digital yang biasa saya lakukan adalah pengoptimalan SEO (Search Engine Optimation)  dan Research Keyword (penargetan kata kunci). Dengan begitu, tulisan kita dapat bersaing dengan web-web besar. Salah satunya seperti gambar di bawah ini !



menulis artikel di blog

Dari 20.900.000 hasil pencarian, artikel saya yang cuma berasal dari web gratisan ini berhasil menempati posisi ketiga. Web gratisan ini harus mampu bersaing dengan website-website raksasa seperti dutaislam[dot]com, nu.or.id, nahdlatululama[dot]id, dan yang lainnya. Tak apa, saya kuat ko. Karena jika kita scroll ke bawah kemudian menempelkan kursor pada nama ELFAQRU, maka akan muncul motto blog ini.

"Terbanglah lebih tinggi dari elang, sekalipun engkau seekor lalat."


Kembali ke pertanyaan, "Mengapa harus menulis lewat blog ?" Karena jika kita sebagai penyedia jasa (informasi, telekomunikasi atau transfortasi), ada 4 poin penting yang harus diperhatikan di era Revolusi Industri 4.0 ini, yaitu :


1. Faster (lebih cepat). Era ini adalah era kecepatan. Karena setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam berkarya, maka mereka yang lebih cepat mengupdate informasi, merekalah pemenangnya.

2. Simpler (lebih mudah). Era ini adalah era kemudahan. Orang-orang di zaman ini tidak menyenangi hal-hal yang rumit dan menyulitkan. Maka penyedia jasa yang memiliki sistem yang mudah dan sederhana, akan lebih diminati.
3. Cheaper (lebih murah). Era ini adalah era kemurahan. Orang-orang di zaman ini tidak suka yang eksklusifitas. Produsen yang menawarkan produk yang lebih mahal daripada produsen lain yang lebih murah, akan kalah oleh produsen yang lebih murah. Contoh kecilnya saja barang buatan China. Meskipun China memproduksi barang-barang tiruan dan berkualitas rendah, namun China telah membuktikan diri sebagai kekuatan ekonomi terbesar. Karena apa ? karena mereka menargetkan satu kata kunci; "Cheaper".
4. Accessible (mudah diakses). Era ini adalah era kemudahan dalam mengakses, dan internet adalah jalan mengakses terbaik. Apapun yang kita perlukan cukup dengan membuka internet. Jika kita ingin melihat video, cukup mengakses Youtube. Tidak perlu repot-repot ke pasar untuk membeli VCD. Jika kita ingin membaca buku, cukup membuka Google Book atau Google Scholar bagi yang suka buku akademis.

Itulah kenapa saya lebih memilih menjadi narablog (penulis blog) daripada penulis buku, karena melihat 4 poin di atas. Jika dulu tulisan yang mudah dibaca adalah tulisan yang sudah dicetak seperti buku, koran, dan majalah. Tapi sekarang tulisan yang mudah dibaca adalah tulisan yang mudah diakses.


Orang-orang di zaman ini lebih banyak menghabiskan waktunya pada daring (dalam jaringan) daripada luring (luar jaringan). Oleh karena itu, menggunakan media online dalam menulis akan lebih cepat terbaca daripada buku dan sejenisnya. 
Maka berbahagialah dan banggalah jika hari ini kita menjadi penulis di era Revolusi Industri 4.0. Sebagaimana saya yang bangga menjadi narablog di era digital.


Terakhir, saya berharap semoga kedepannya saya bisa lebih baik lagi dalam menulis dan lebih banyak lagi dalam membaca. Sekian. Terima kasih !

Kehadiran Allah Pada Bulan dan Hikmahnya


Kehadiran Allah Pada Bulan dan HikmahnyaKehadiran Allah Pada Bulan dan Hikmahnya,- Kemarin kita telah membahas mengenai Kehadiran Allah Pada Matahari, sekarang kita akan mengungkap tentang tanda-tanda kekuasaan Allah pada bulan. Bulan merupakan satelit alam yang besar dan berbentuk bulat seperti telur atau bola dengan garis tengah sekitar 3.475 km yang berputar mengelilingbumi. Menurut para antariksawan, jarak antara bulan ke bumi sekitar 3.654.334 km. Dan untuk  mengelilingi bumi ia memerlukan waktu 29 hari 12 jam 44 menit dan 2,8 detik.

Bulan memiliki pengaruh besar terhadap bumi dan penghuninya. Daya tarik bulan menyebabkan permukaan laut pasang surut. Keduanya terjadi dalam waktu yang relatif singkat, yakni 12 jam setengah. Lalu bulan juga mempunyai daya tarik tersendiri bagi sebagian orang, sinar dan keindahannya mengundang inspirasi para penyair untuk menggubah syair-syair cinta dan kerinduan.

Bagaimana bisa terjadi berbagai bentuk bulan dalam setahun ? hal ini dikarenakan bulan memantulkan sinar matahari ke bumi melalui permukaannya yang tampak dan terang hingga terbitlah sabit. Apabila pada paruh pertama  bulan berada pada posisi di antara matahari dan bumi, bulan  menyusut sehingga memunculkan bulan sabit baru. Dan apabila berada di arah berhadapan dengan matahari, dan bumi berada diantara bulan dan matahari, maka akan terjadi purnama. Kemudian purnama itu menyusut sedikit demi sedikit sampai paruh kedua.  Dengan demikian, sempurnalah satu bulan Qomariyah selama 29, 5309 hari atau digenapkan menjadi 30 hari (satu bulan).

Atas dasar itulah dapat ditentukan penanggalan Hijriyah sejak munculnya bulan sabit hingga bulan  tampak sempurna sinarnya. Tentunya yang mengatur semua itu pasti hanya satu  dan hanya satu yaitu Pemilik Kuasa Yang Maha Dahsyat  Pengetahuan Yang Maha Luas. Kalau ada dua, pasti keadaan bulan bahkan alam raya tidak akan konsisten dan kalau seandainya Dia tidak kuasa atau tidak mengetahui, pasti tidak akan teratur dan harmonis seperti ini. Jika hati dan pikiran terbuka, pasti kita menemukan Tuhan, Sang Pengatur alam semesta ini termasuk bulan.

Mengambil Pelajaran Hidup dari Bulan
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari bbulan. Sinarnya yang memancar dan terlihat di bumi berbeda-beda sesuai dengan posisinya terhadap matahari atau cahaya matahari yang memasuki tubuhnya. Hal tersebut mengandung makna,  bahwa bulan memberikan sebanyak yang ia ambil. Dari kejadian tersebut, semoga kita bisa meniru bulan untuk memberi sebanyak yang kita terima.

Kehadiran Allah Pada Bulan dan Hikmahnya

Allah swt sendiri berfirman dalam QS. Al-Baqoroh:189 mengenai bulan.

يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الْأَهَلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. ‘Katakanlah: Bulan sabit itu adalah tanda waktu bagi manusia dan ibadah haji.”

Pada ayat tersebut Allah swt menyatakan bulan pada keadaan sabit. Sebelum berbentuk sabit, bulan tidak terlihat, tetapi ia muncul sedikit demi sedikit lalu membesar dan membesar hingga purnama. Di sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa keadaan bulan seperti itu (sabit) sama halnya dengan tanda waktu bagi proses perjalan hidup manusia dipentas bumi. Suatu ketika manusia pernah tiada (belum terlahir), lalu lahir kecil mungil bagaikan sabit, lalu membesar dan membesar sehingga dewasa dan sempurna umurnya. Setelah itu menurun kemampuanya sedikit demi sedikit. Hal ini serupa dengan bulan setelah malam purnama, sampai akhirnya ia tidak terlihat lagi dipentas bumi. Itulah pelajaran lain yang dapat kita ambil dari bulan.

Lalu, apakah kita bisa meniru bulan yang sebelum kepergiannya, ia sudah banyak memberi keindahan dan inspirasi bagi penduduk bumi, termasuk pasang surutnya air laut yang memberi manfaat bagi ikan-ikan di lautan ?  Semoga...!